Sunday, June 7, 2015

Parahyangan Classical Music Festival 3

Sabtu yang lalu saya menghadiri Parahyangan Classical Music Festival (PCMF). Acara ini diselenggarakan selama dua hari, tetapi karena hari kedua sayanya males banyak kerjaan jadinya ya udah cuma bertandang di hari sabtunya aja. Jadi maaf ya buat para penggemar saya yang tidak bisa saya temui hari minggu. Keep calm. Keep calm.

Iskandar Widjaja saat Gala Concert. (Foto: Dede)

The Artists

Anyway, PCMF dilaksanakan setiap tahun. Ini adalah penyelenggaraan PCMF yang ketiga oleh kotabaru Parahyangan. Sama seperti tahun sebelumnya, di PCMF kali ini terdapat pameran (hmm.. atau yang saya rasa lebih bisa disebut sebagai bazaar) dan penampilan musik klasik di ruang terbuka.

Yang spesial dari tahun kali ini adalah diundangnya Iskandar Widjaja. Um... sebenarnya nggak spesial-spesial amat juga sih ya, soalnya juga banyak artis mancanegara yang didatangkan. Akan tetapi semenjak kehadirannya di iklan TV dan parasnya yang menawan, Iskandar Widjaja adalah sosok violinist idaman. Apalagi oleh gadis-gadis di luar sana. Kyaaa.

Anyway, saat Iskandar Widjaja main saya merasa merinding. Merindingnya bukan karena hantu, tapi permainannya keren. Apalagi ekspresinya yang sesuai dengan lagu yang dibawakan. Kalau kata istilah anak zaman sekarang, baper banget (bawa perasaan).

Saat Gala Concert, selain penampilan Iskandar Widjaja ada juga penampilan dari Stephan Rahn. Main pianonya gila nih bapak-bapak. Mainnya juga sama, dengan ekspresi dan gerak tubuh yang baper.
Stephan Rahn (foto: Dede)

The Lesson


Dari para pemain tersebut saya dapat satu pelajaran untuk dipetik. Selain dinikmati dengan telinga, penampilan musik secara langsung juga harus dibawakan untuk dinikmati dengan mata. Layaknya penyanyi yang menghayati lirik, musik pun demikian. Catat tuh. Catat.

Oh, yang lebih spesial lagi pas lagi Gala Concert (konser yang dilaksanakan di penutup rangkaian acara) ada kejutan ulang tahun untuk Iskandar Widjaja. Hmm.. sayang nggak ada fotonya. Sebagai gantinya ini ada foto saya.


Mein Foto, sehr gut

The Goodies


Untuk oleh-oleh, saya menyempatkan diri untuk mengambil buku overview acara dan CD Klavierrezital karya Stephan Rahn. Harga CD nya murah, cuma Rp 50.000. Sayang nggak sempat minta tanda tangan beliau, padahal ketemu pas beliau lagi mondar-mandir.
CD Stephan Rahn, buku info acara, dan beberapa brosur. Itu yang kursus Semar titipan iklan, haha.

The Closing


Overall acaranya masih menarik seperti tahun lalu. Sebagai penikmat musik klasik saya bisa membuka wawasan saya disini. Untuk yang baru masuk ke musik klasik bisa dikenalkan dengan gampang dan murah (acaranya gratis cuy). Sayangnya ke sini masih status belum punya pasangan hidup. Jadi ketemu orang-orang yang bikin kzl. Loh. Kok jadi curhat gini.

Gala Concert. (foto: Dede)
Gala Concert, tapi dari samping.
Mudah-mudahan tahun depan ada PCMF lagi dengan artist-artist yang lebih yahud. Stand nya juga dibanyakin yang jual album musik klasik, terlebih untuk biola.

Salam ngekngok!

Monday, March 9, 2015

Pemasangan sound post darurat

Ceritanya hari ini mau ngasih pensil di peg supaya putarannya lebih halus. Tapi ternyata kejadian mencekamkan kemudian terjadi! Sound post saya jatuh! *scream frantically*

Attention! Cara yang saya lakukan ini bisa berbahaya bagi instrumen kamu. Saya tidak menyarankannya untuk diikuti karena dapat memberikan kerusakan instrumen "mahalyang kamu miliki. Do it on your risk :p

Kok bisa jatuh?

Awalnya supaya bisa ngepensilin bagian peg yang nempel di peg box jadi senarnya di kendor-kendorin. Karena senarnya dikendorin terus tekanan top plate nya jadi kendor, walhasil kejadian kayak biolanya teh Tika dulu terulang
Pemensilan peg supaya nggak terlalu kesat. Nggak sadar si pegnya jatuh, haha.

Sound Post

Sound post adalah tiang yang kayak sumpit dan berada di dalam biola. Fungsinya menggetarkan suara dari bridge yang posisinya di top plate ke seluruh bagian badan biola. Sound post juga menyangga top plate. Tanpa ada sound post suara Biola mengambang. Bahkan menurut Wikipedia, pergeseran 0.5mm atau 0.25mm dapat memberikan perbedaan besar pada kualitas dan kerasnya suara yang dihasilkan. Pengaruh sound post dengan suara biola bisa dilihat di gambar di bawah ini
Posisi sound post dan suara yang dihasilkan. Sumber: wikipedia.org

Memasang Sound Post Secara Normal

Normalnya sound post dipasang menggunakan alat bernama sound post adjusting tool.
Mengejutkan banget sih namanya.
Oh, anyway, cara masangnya dengan menusuk sound post terus dimasukkin ke dalam badan biola melalui f-hole.
sound post setting tool. Sumber: wikipedia.org

Memasang Sound Post Secara Nggak Normal

Kalau nggak punya sound post adjusting tool, bisa juga dipasang secara darurat. Cara-caranya bisa dengan:
  1. Garpu. Sound postnya ditaruh diantara gigi-gigi garpu.
  2. Tali. Sound postnya ditaliin terus ditaruh perlahan di dalam biolanya, tapi talinya bisa ketinggalan di dalam
  3. Bikin adjusting tool dari kawat
Karena saya nggak ada duit ke luthier *haha* dan pengen nyobain masang sendiri jadinya saya pakai metode nggak normal ini.

Metode Yang Saya Pakai

Metode nggak normal yang saya pakai adalah... jeng jeng... Saya bikin sendiri adjusting toolnya pake kawat! Hahaha.

Caranya:
  1. Siapin kawat
  2. Potong ujungnya dengan tang supaya runcing. 
  3. Bengkok-bengkokin belakangnya supaya nyaman di pegang
Gini hasilnya
adjusting tool abal-abal

Untuk menggunkannya, pertama-tama tusuk sound postnya dengan bagian runcing. Karena sound post yang saya masukin bukan yang baru, jadi saya tinggal menempelkan kawatnya di lubang yang sudah ada sebelumnya.
Sound post yang ditusuk dengan kawat

Penampakan sound post yang ditusuk
Kemudian masukkan perlahan melalui f-hole di sebelah kanan (bagian yang dekat dengan senar E). Untuk tahapannya saya mengikuti tutorial dari http://jcviolins.com/soundpost/

Setelah berkutat selama kurang lebih 1 jam, lepas copot lepas copot, tadaa, akhirnya jadi. Capek juga ya.

Posisi sound post yang sudah terpasang

Nah, sekarang senar E saya yang putus. Hedeuuh...